Kesepian selalu menjadi temanku. Bayangan hitam dan kesepian selalu berada dibelakangku. Dia selalu ada bersamaku dan menemaniku. Terkadang, dia menemaniku saat diriku jatuh dalam luka di kehidupanku ini. Saat ini aku hanya punya satu orang tua, yaitu Mama. Ketakutanku saat ini adalah Mama. Papaku sudah meninggalkan diriku sejak aku umur 18 tahun. Selama kurun waktu 6 tahun itulah aku menjadi perempuan yang bisa dibilang bisa kemana-kemana sendiri.
Terkadang aku merasa kasihan kepada diriku sendiri akan haus kasih sayang dengan peran seorang Ayah. Terlebih lagi, karna kisah percintaanku bisa dibilang tidak baik. Atau aku saja yang terlalu buruk? Atau aku begitu kekanak-kanakan? Namun, aku tidak berkecil hati meskipun inner child-ku sedikit meronta-ronta. Setidaknya aku punya teman yang bisa menghiburku di kala aku sedih. Ya, setidaknya.
Hari demi hari, kesepian selalu ada dibelakangku. Melihat orang-orang yang berlalu lalang bersama keluarga lengkap, pasangan ataupun teman, rasanya cukup menyesakkan di dalam hatiku. Dari dulu, temanku adalah kesepian, dan kesendirian. Kesepian tak mempunyai teman, meskipun mempunyai banyak teman. Kesendirian yang harus selalu membuatku harus kemana-kemana sendiri. Rasanya, aku merasa jauh dan tidak mau bersosialisasi.
Rasa ini hadir saat aku menginjak Sekolah Dasar. Dimana kedua orangtuaku bekerja dan harus meninggalkanku sendiri di rumah. Tidak mempunyai saudara kandung membuatku harus berdiri dengan tegap tanpa merasakan kasih sayang dari saudara kandung. Hanya bisa iri melihat teman-teman yang mempunyai saudara kandung yang begitu mesra. Ah, sial!
Harus menjadi perempuan yang independent, tidak pernah cengeng dihadapan orang tua, dan harus menggunakan topeng. Suatu hari, aku pernah menangis semalaman, dan paginya aku harus berusaha bersikap biasa ke teman-temanku. Mataki memang sembab, tapi aku masih bisa tertawa berbahagia menyambut acara tersebut.
Semua orang mempunyai permasalahan masing-masing. Seperti anak sulung yang harus bisa tahan banting dan menjadi contoh untuk adik-adiknya. Anak tengah yang harus mau dibandingkan dengan kakaknya dan harus menjadi panutan untuk adik-adiknya. Anak bungsu yang harus mau dibandingkan oleh kakak-kakaknya dan harus menjadi harapan terakhir untuk orangtuanya. Sedangkan anak tunggal, mereka mengambil semua peran tersebut.
Terkadang harus bisa mengambil semua peran dan selalu mementingkan orang lain daripada diri sendiri. Perasaan ini tak luput dari rasa ingin ada yang menemani setiap hari. Selalu berharap ada seseorang yang menemani, menyanyangi, menjadi tempat keluh dan kesah. Hal itu terus menerus membuat menjadi people pleaser. Perasaan dimana seseorang yang terus menerus menahan seseorang meskipun mereka toxic. Itu bisa saja membuat diriku menjadi orang yang berbeda, karena permasalahan itu terus membayang ke diriku.
Namun, aku tidak akan membiarkan diriku berubah menjadi lebih jahat. Aku selalu berusaha untuk menjadi lebih baik setiap tahunnya. Setidaknya ada perubahan bukan? Atau perasaan ini hanya sebatas aku butuh someone to stay with me?